-
Febry Putri Arbianti | Peserta Lomba 1st Anniversary Duta Damai Kaltim)
Banyak yang pintar bermedia sosial, tapi tidak bijak !
Zaman sekarang ini banyak yang menyebutnya sebagai zaman millenial, yang mana menjelaskan tentang beberapa fenomena dengan menyangkut pautkannya dengan kata millenial itu sendiri. Kata millenial merupakan sebuah kata yang menggantikan sebuah istilah popular berupa generasi Y, dimana generasi Y ini merupakan generasi yang menggantikan generasi X.
Sebenarnya apasih generasi Y dan generasi X itu ? Jadi, generasi X adalah kelompok demografi dengan rentang kelahiran pada masa generasi X itu berkisar antara tahun 1930-1980 an. Di mana pada generasi X inilah awal mula perkembangan-perkembangan teknologi informasi seperti penggunaan komputer.
Sedangkan generasi Y merupakan kelompok demografi yang kelahirannya diantara tahun 1980-2000 an. Di mana generasi Y ini lahir pada saat teknologi dan komunikasi sudah berkembang pesat. Tidak bisa dipungkiri jika Indonesia pun terkena dampak-dampak dari perkembangan teknologi informasi tersebut.
Di Indonesia, kegunaan kemajuan teknologi tersebut sangat amat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Katanya, “Kemajuan Tanpa Teknologi itu Hampa” sebab teknologi yang semakin berkembang selalu berhasil membantu pekerjaan manusia dari segi manapun baik itu dari segi pekerjaan dan lain-lain.
Teknologi selalu berkaitan erat dengan adanya globalisasi yang seakan merasuk tanpa ampun ke Negara kita tercinta ini. Seakan batasan-batasan antar Negara pun sudah pudar, contoh kecilnya saja batasan-batasan antar pulau yang mungkin tidak ada lagi. Sebenarnya bagaimana sih efek teknologi tersebut sehingga batas-batas antar Negara maupun pulau semakin mudah terjamah oleh tangan manusia?
Menurut saya, dengan kemajuan-kemajuan teknologi yang ada dan semakin canggihnya perkembangan hari ini bisa saja mereka tidak perlu lagi terbang jauh-jauh untuk bertemu sekedar rapat atau melepas rindu. Karena lewat kecanggihan yang ada kita bisa saja melakukan tatap muka yang beberapa tingkat lebih baik dari video call hari ini?
Kita akan melewati fase-fase di mana media sosial akan dijunjung tinggi, media sosial akan menjadi salah satu pilihan dalam menunjang karir dan media sosial akan menjadi perantara nomor satu di dunia untuk mencari hiburan bahkan sebagai media untuk menambah wawasan.
Suatu saat televisi akan mulai ditinggalkan seperti radio yang mulai jarang dijamah oleh khalayak, Koran-koran mulai jarang dibaca sebab adanya berita online dan lain sebagainya. Pada kenyataannya media sosial memang merupakan salah satu bentuk kemajuan zaman, tetapi menurut saya lewat media sosial pun kita bisa menjadi seseorang yang antagonis.
Sebagai contoh lewat media sosial kita bisa saja merubah diri kita, menuntut diri kita, serta menjadikan diri kita sebagai individu yang baru namun palsu. Kenapa bisa saya mengatakan hal tersebut?
Karena saya beberapa kali menemukan di salah satu aplikasi media sosial yang mana di dalamnya kita bisa berkenalan, bercengkrama dengan orang lain dengan letak wilayah berbeda. Kita tidak bisa mengetahui bagaimana keadaan kawan media sosial kita yang sebenarnya, kita juga tidak bisa mengambil kesimpulan yang cepat tentang karakter atau sifat seseorang karena mengenalnya hanya sebatas melalui media sosial. Bisa dikatakan media sosial bisa menjadi racun bagi orang-orang yang tidak bijak dalam menggunakannya.
Perkataan demi perkataan, perbuatan demi perbuatan bisa saja terus dilontarkan tanpa memikirkan perasaan orang yang menerima perkataan serta perlakuan kita. Lewat media sosial ini, timbullah sebuah sebutan atau julukan bagi orang-orang yang senang sekali mengomentari kehidupan para selebgram, youtuber, bahkan artis-artis atau bahkan kehidupan orang-orang yang mereka benci, sebut saja mereka sebagai netizen yang maha benar. Menurut cara pandang saya, mereka (para netizen) berkomentar seakan apa yang mereka katakan itu benar, apa yang mereka sarankan adalah solusi mutlak dan apa yang mereka perbuat adalah mandat langit tanpa mengetahui bagaimana akar permasalahan serta tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya.
Terkadang saya sedikit miris melihat media sosial yang seharusnya dijadikan tempat untuk saling berkenalan lewat toleransi dan digunakan sebagai ajang untuk mencari informasi harus ternodai karena tidak bijaknya sebagian orang dalam menggunakan media sosial. Banyak sekali kasus-kasus yang mengatasnamakan media sosial, mulai dari cyber bullying, pemerkosaan, bahkan sampai peretas dan orang-orang tidak bertanggung jawab.
Padahal, hal yang mereka lakukan itu sama sekali tidak menyenangkan, sama sekali tidak manusiawi dan sama sekali tidak menghargai orang lain. Bagaimana bisa, seakan dalam media sosial saling berbalas-balasan komentar tanpa memperhatikan etika tentang komunikasi. Apa kita akan terus menjadi seseorang yang tidak bijak dalam menggunakan media sosial? Apa kita akan terus diam melihat orang-orang tidak bijak itu selalu berbuat semaunya? dan apakah kita selalu memperhatikan apabila mereka sedang menyebarkan kebohongan dengan mudah?
Jika kita adalah orang cerdas dan bijak, maka kita akan berupaya untuk menghindarkan diri dari kejahatan atau perilaku buruk dalam bermedia sosial dan menyadari bahwa kejahatan verbal hari ini lebih mudah meluas dibandingkan dengan kejahatan fisik. Sebab, tanpa sadar kita bisa saja menurunkan mental seseorang hanya dengan beberapa komentar. Oleh karenanya, kita sebagai generasi penerus bangsa haruslah pandai-pandai dalam menggunakan media sosial, bentengi diri dengan iman serta ilmu pengetahuan dan hindari hoaks.
Kategori
Dapatkan Informasi Terbaru
Subscribe dengan menggunakan emailmu agar di kemudian hari kami bisa menginformasikan sesuatu kepadamu dengan mudah!