-
Muhammad Mush’ab Mu’adz | Peserta Lomba 1st Anniversary Duta Damai Kaltim
Masyarakat merupakan salah satu komponen utama dalam berdirinya suatu negara. Definisi masyarakat adalah suatu kumpulan dari individu-individu, menetap dalam suatu wilayah dan memiliki tujuan serta pandangan hidup yang disepakati secara bersama-sama. Masyarakat yang ideal memiliki ciri-ciri yaitu; adanya kesadaran bersama untuk saling gotong-royong dan berkerjasama dalam setiap hal yang menyangkut nama besar masyarakat. Di dalam masyarakat itu sendiri pun, terdapat berbagai macam golongan. Mulai dari anak-anak, remaja, sampai dewasa. Pada proses metamorfosa kehidupan tersebut, terpatri sebuah gelar luhur yang disebut sebagai “pemuda”. Sebuah keadaan dimana jiwa dan raga telah tiba waktunya untuk menjadi lebih mandiri dan matang. Selain memiliki kemampuan lebih baik secara jasmani serta rohani, pemuda juga diartikan sebagai seseorang yang telah kritis pemikirannya dalam menghadapi suatu tantangan. Tentu, kelebihan tersebut diharapkan mampu memberikan solusi atas problematika yang kita temui ditengah-tengah masyarakat.
Sedikit merefleksi ke belakang, sedikit banyaknya pemuda telah memiliki panggung tersendiri di hadapan bangsa Indonesia. Dimulai pada 20 Mei 1908, kala itu berdiri sebuah organisasi yang bernama Budi Utomo. Secara bahasa, “budi” berarti perangai atau tabiat dan “utomo” artinya baik atau luhur. Jadi, kala itu pemimpin organisasi tersebut memaksudkannya sebagai perkumpulan yang akan mencapai suatu cita-cita berdasarkan keluhuran budi, kebaikan perangai atau tabiat. Kemudian berlanjut dengan berdirinya Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada tahun 1926 dan berlangsungnya Kongres Pemuda II pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta yang menghasilkan sebuah rumusan bersama, yaitu “Sumpah Pemuda”.
Di dalam sumpah yang disepakati secara musyawarah-mufakat oleh peserta kongres tersebut, terdapat beberapa poin fundamental yang menjadi spirit bagi pemuda-pemudi di Indonesia. Sumpah pemuda secara garis besar berpesan bahwa nasionalisme adalah harga mati yang harus dijaga oleh segenap komponen bangsa untuk menyatukan visi dan misi dalam menjalankan perahu yang bernama “Indonesia”.
Menarik kemudian jika penulis mencoba mencari benang merah antara pemuda pada zaman klasik saat itu dan masa kontemporer saat ini. Wadah yang dinaungi para pemuda yakni “Indonesia” telah memasuki usia senja. Seperti ucapan pepatah-pepatah terdahulu, “Semakin tinggi dahan pohon tumbuh, maka semakin tinggi pula angin yang menggoncangnya.” Begitulah posisi bangsa ini sekarang, yang secara tidak langsung pun berimbas kepada eksistensi para pemuda. Jika melihat perkembangan keadaan bangsa dan negara, harus kita akui bersama bahwa sedang terjadi kemunduran dibanyak hal. Perkembangan kondisi tanah air dan dunia internasional juga turut mempengaruhinya.
Pemuda memiliki 3 tugas yakni sebagai agent of chance, agent of development and agent of modernization. Sudah sewajarnya, dengan kebugaran jasmani dan keluhuran rohani, harusnya mampu mendorong pemuda untuk mengentaskan permasalahan-permasalahan terkait persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Kategori
Dapatkan Informasi Terbaru
Subscribe dengan menggunakan emailmu agar di kemudian hari kami bisa menginformasikan sesuatu kepadamu dengan mudah!