-
Selvi Octaviana | Peserta 1st Anniversary Duta Damai Kaltim
Dewasa ini, media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp dan sejenisnya menjadi wahana gratis yang mudah dinikmati oleh masyarakat. Lahirnya kecepatan teknologi yang begitu signifikan mendorong terciptanya kedekatan antar sesama meskipun berbeda pulau atau provinsi bahkan dunia. Selain membawa keuntungan, fenomena tersebut juga berpotensi menimbulkan kerugian seperti informasi yang disampaikan oleh Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Ibu Rosarita Niken Widiastuti dalam Talkshow peluncuran Seri Workshop Konten Informasi Digital (KIDi) 2017 di Grand Studio Metro TV pada hari Rabu 25 Januari lalu, "Sebagai sebuah budaya baru, hadirnya media sosial ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi menimbulkan manfaat positif luar biasa, namun di sisi lain low-taste content yang membanjir melalui internet dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat" Memang, kita sebagai pengguna tidak bisa menolak keberadaan media sosial di tengah-tengah publik Indonesia, namun pada akhirnya semua tergantung dengan bagaimana kita memilah informasi yang ada.
Berbicara mengenai filterisasi informasi merupakan hal yang sulit bagi masyarakat hari ini untuk mengklasifikasikan manakah berita yang sesuai dengan fakta atau manakah berita yang hanya mengejar viewers saja. Hal tersebut tidak bisa kita pungkiri bahwa memang Indonesia sudah memasuki fase dunia digital yang begitu masif oleh adanya infrastruktur digital nasional seperti Palapa Ring. Terjangkaunya harga paket data internet di Indonesia juga merupakan faktor penyebab meningkatnya penggunaan internet hari ini; menurut data Cable UK yang dirilis tahun 2019, tarif rata-rata untuk paket data di Indonesia sebesar USD 1,71 per 1 GB atau sekitar 23.840 rupiah. Di tengah dunia digital sekarang, masyarakat diharapkan bukan hanya mampu untuk menerima informasi, tetapi juga mampu memilah informasi atau biasa disebut dengan literasi media. Hal ini didukung juga dari penjelasan Ibu Niken bahwa penetrasi internet yang telah menjangkau 132 juta masyarakat Indonesia harus diiringi dengan literasi media serta tersedianya berbagai ragam dan jenis konten positif dalam jumlah memadai. "Pertumbuhan konten positif harus didorong. Pemerintah sangat concern tentang jagat maya. Jangan sampai dampak negatifnya mempengaruhi budaya Indonesia. Kita orang Timur yang toleran dan ramah".
Berbeda dengan media seperti koran, majalah dan poster (media cetak) yang melewati beberapa jenjang validasi dan penyaringan mulai dari editor sampai dengan redaktur, informasi yang beredar di internet bisa muncul kemudian tersebar tanpa melalui verifikasi terlebih dahulu, oleh karenanya literasi media sangat diperlukan. James W. Poter (2005) menafsirkan literasi media sebagai perangkat perspektif dimana kita secara aktif memberdayakan diri kita sendiri dalam menafsirkan pesan-pesan yang kita terima dan bagaimana cara mengantisipasi dampak negatifnya. Jika berkaca pada penafsiran James, literasi media tersebut lahir dari diri individu itu sendiri yakni tentang bagaimana seseorang mengartikan berita yang ia peroleh. Ironisnya, masyarakat Indonesia kini mulai membudayakan share langsung tanpa melakukan pengecekan konten terlebih dahulu. Budaya ini berpotensi memicu timbulnya berita bohong atau hoax. Jika kita pahami lebih lanjut, menurut Baran dan Dennis (2010) literasi media dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan melek media yang ditujukan untuk meningkatkan kontrol individu terhadap suatu informasi. Dengan kata lain, literasi media bisa kita artikan dalam dua kata sederhana yaitu 'melek media' atau 'cerdas bermedia'
'Melek media' berangkat dari perspektif yang dibangun oleh perngguna tersebut. Ketika kita berbicara mengenai perspektif tentulah kita bercermin dari karakteristik, moral dan budaya yang berlaku di masyarakat Indonesia. Literasi media merupakan seperangkat skill untuk menilai makna dalam setiap jenis pesan, mengorganisasikan maksud suatu informasi, dan kemudian membangun kesimpulan baru untuk disampaikan kepada orang lain. Inti dalam literasi media adalah berusaha untuk memberikan kesadaran kritis bagi khalayak ketika berhadapan dengan suatu berita atau informasi. Kesadaran kritis menjadi kata kunci bagi gerakan literasi media yang bertujuan untuk memberikan perlindungan publik Indonesia dari hoax. Namun, konsep yang dikemukakan James W. Poter dan kawan-kawan tidak mendapatkan perhatian khusus di masyarakat. Terbukti dengan banyaknya kasus hoax yang mulai terbongkar satu persatu di ruang publik sejak 2018 silam.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) merilis data 10 konten hoax atau berita bohong paling berdampak sepanjang 2018. Identifikasi hoax paling berdampak tersebut dilakukan dengan mesin pelacak konten milik Sub-Direktorat Pengendalian Konten Internet Direktorat Pengendalian Informatika Ditjen Aplikasi Informatika Kominfo berupa:
1. Hoaks Ratna Sarumpaet
Pemberitaan penganiayaan Ratna Sarumpaet oleh sekelompok orang pertama kali beredar di Facebook pada tanggal 2 Oktober 2018 di akun Swary Utami Dewi. Unggahan itu disertai tangkapan layar (screenshoot) aplikasi pesan WhatsApp yang disertai foto Ratna Sarumpaet. Konten tersebut kemudian diviralkan melalui Twitter dan diunggah kembali serta dibenarkan oleh beberapa tokoh politik tanpa melakukan verifikasi terhadap informasi tersebut.
2. Hoaks Gempa Susulan di Palu
Beredarnya broadcast konten melalui aplikasi Whatsapp tentang gempa susulan di Palu sangat meresahkan masyarakat. Berita itu berdampak langsung kepada korban yang masih mengalami trauma. Broadcast tersebut tersebar melalui pesan berantai berisikan informasi bahwa Palu dalam keadaan siaga 1 dengan mengatas namakan salah satu petugas BMKG. Pesan tersebut menyebutkan bahwa akan terjadi gempa susulan berkekuatan 8,1 SR dan berpotensi tsunami.
3. Hoaks Penculikan Anak
Hoaks penculikan anak beredar di media sosial seperti Facebook, Twitter dan Whatsapp. Informasi tersebut meresahkan masyarakat terutama orang tua yang memiliki anak-anak dibawah umur. Di Twitter, hoax yang beredar menyatakan pelaku penculikan anak tertangkap di Jalan Kran Kemayoran, Jakarta Pusat. Hal tersebut langsung dibantah oleh Kapolsek Kemayoran Kompol Saiful Anwar yang mengatakan jika kabar penangkapan pelaku penculikan tersebut tidak benar. Ia menyebutkan bahwa laki-laki yang terdapat dalam video tersebut adalah seorang tukang parkir yang mengidap gangguan jiwa.
4. Hoax Konspirasi Imunisasi dan Vaksin
Imunisasi tak jarang mendapatkan penolakan dari beberapa kelompok masyarakat karena adanya informasi yang tidak benar. Salah satu hoax tentang vaksin imunisasi yang cukup viral adalah isu konspirasi penyebaran virus atau penyakit melalui vaksinasi. Dikabarkan vaksin yang digunakan untuk imunisasi mengandung sel-sel hewan, virus, bakteri, darah, dan nanah.
5. Hoax Rekaman Black Box Lion Air JT610
Kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan laut Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) menjadi isu yang banyak diperbincangkan di berbagai ruang publik dan media sosial. Bersamaan dengan itu bermunculan pula berbagai informasi meliputi berita, foto dan video palsu terkait peristiwa jatuhnya pesawat tersebut. Kabar ini tentu menimbulkan banyak spekulasi dan keresahan dikalangan masyarakat, mengingat banyaknya jumlah korban pada tragedi di atas. Salah satunya yakni peredaran video yang diunggah oleh kanal YouTube Juragan Batik Reborn pada tanggal 29 Oktober 2018.
6. Hoaks Telur Palsu atau Telur Plastik
Pada awal 2018, masyarakat Indonesia digegerkan dengan berita hoax mengenai telur palsu atau telur plastik yang beredar di pasar tradisional dan supermarket. Berbagai foto serta video terkait proses pembuatan telur palsu banyak diunggah di media sosial. Bahkan beberapa mengatakan bahwa telur-telur itu diproduksi dari Tiongkok.
Kehadiran berita bohong alias hoax menimbulkan keresahan di masyarakat, khususnya yang bersinggungan dengan ekonomi, keamanan, atau bahkan politik. Itulah sebabnya literasi media sangat diperlukan bagi setiap individu dalam memilah informasi .
Akhirnya kita menuju pada kesimpulan bahwa literasi media adalah suatu kebutuhan vital yang harus dimiliki masyarakat sebagai upaya dalam menyaring informasi hari ini. Penulis berpendapat bahwa literasi media merupakan solusi utama untuk menangkal dan meminimalisir berita bohong melalui konsep Silverblatt yang terbagi dalam 5 fokus yakni (1) Kesadaran akan pengaruh media terhadap individu dan sosial; pengertian ini kita artikan sebagai masyarakat yang paham dan mengerti akan adanya pengaruh akibat penggunaan media misalnya penggiringan opini masyarakat atau keterlibatan dalam arus propaganda politik tanpa disadari yang berpotensi mengancam keharmonisan masyarakat (2) Pemahaman akan proses komunikasi massa; pengertian ini dapat kita artikan setelah memahami tentang proses komunikasi; (a) Apakah kita sebagai pembuat informasi, (b) Penerima informasi, atau (c) Penyebar informasi. Hal tersebut harus menjadi kehati-hatian bersama sebagai pengguna media khususnya media online (3) Pengembangan strategi untuk menganalisa dan mendiskusikan pesan media; hal ini bisa dilakukan pada kelompok kecil atau organisasi masyarakat melalui diskusi untuk memahami pesan dari informasi yang diterima (4) Kesadaran bahwa isi media adalah teks yang menggambarkan kebudayaan dan diri kita sendiri: sebagai warga negara Indonesia, masyarakat harus memahami betul bahwa keberadaan nilai serta norma yang berlaku di masyarakat harus menjadi pedoman dalam melakukan analisa informasi agar sesuai dengan cita-cita dasar negara yakni Pancasila (5) Mengembangkan ketenangan, pemahaman, dan penghargaan terhadap isi media; pengertian ini diartikan bahwa informasi harus memenuhi kriteria, maksud serta tujuan dari pembuatannya; apakah sebagai opini, informasi penting, propaganda, atau sekedar hiburan.
Referensi
https://m.detik.com/news/berita/d-4350509/kominfo-rilis-10-hoax-paling-berdampak-di-2018-ratna-sarumpaet-nomor-1/1#detailfoto
https://www.komunikasipraktis.com/2017/11/teori-teori-komunikasi-massa-pengaruh-media.html?m=1
Kategori
Dapatkan Informasi Terbaru
Subscribe dengan menggunakan emailmu agar di kemudian hari kami bisa menginformasikan sesuatu kepadamu dengan mudah!