• Jl. mangkuraja no 43 rt.11
  • [email protected]
  • 085256736625
  • Login Sebagai Admin
  • Beranda
  • Berita
  • Tips & Trick
  • Artikel
  • Opini
  • Event
  • Foto
  • Video
  • Kontak
  • Home
  • Opini
  • opini
    • Peserta Duta D...
    • 08, Feb 2021

    BERIBU AKAR SATU POHON: CERMINAN KERUKUNAN SESAMA ANAK BANGSA

    Habil Hadid Ba’Bud | Peserta Lomba 1st Anniversary Duta Damai Kaltim

    Akhir-akhir ini penulis mengamati cara anak bangsa menyikapi kerukunan. Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana cara menjaga kerukunan sesama anak bangsa? Kalimat tersebur kini menjadi tanda tanya besar untuk masyarakat, negara dan bangsa. Hari ini kita telah menyaksikan banyak terjadi permasalahan kompleks tentang dinamika kerukunan sosial. Apakah kerukunan bisa dijaga dari dampak negatif perkembangan zaman? Bagaimana agar perubahan zaman tidak merusak karakter serta nilai kerukunan anak bangsa?

    Kita akan melihat kenapa kerukunan itu sangat penting untuk diterapkan oleh generasi penerus bangsa dan menjadi dasar utama dalam pembangunan negara. Seiring perkembangan zaman, nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulu kita, hari ini kian luntur. Tanda-tanda kehancuran suatu bangsa dapat dilihat dari penduduknya yang sudah tidak lagi menjaga kerukunan. Berikut adalah faktor-faktor penyebab rusaknya kerukunan menurut penulis:

    1)      Hilangnya pelestarian seni dan budaya di setiap daerah

    2)      Meningkatnya kekerasan di masyarakat

    3)      Ketidak jujuran yang membudaya

    4)      Semakin kurangnya rasa hormat kepada teman sebaya, orang tua, guru dan figur pemimpin

    5)      Meningkatnya rasa kebencian dan saling curiga satu sama lain

    6)      Memburuknya tata bahasa yang digunakan dalam berinteraksi dan berkomunikasi

    7)      Turunnya rasa tanggung jawab

    8)      Nilai-nilai moral yang tidak lagi dihargai dan dilaksanakan

     

                Indonesia merupakan bangsa yang lahir karena kemajemukan dan perbedaan yang dipersatukan oleh kesadaran bersama untuk hidup merdeka dan berdaulat. Kerukunan yang berhasil dipraktekkan oleh bangsa-bangsa terdahulu  terjadi karena adanya nilai-nilai budaya yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan diajarkan secara turun temurun sehingga menciptakan rasa saling menghargai satu sama lain, menumbuhkan sikap toleransi dan rasa kasih sayang.

     

                Bangsa ini memiliki beragam suku, budaya, ras, agama, adat istiadat dan lain-lain. Perbedaan tersebut harusnya tidak menjadi penyebab hadirnya suatu masalah ataupun menjadi dalih untuk memutus tali persaudaraan sesama anak bangsa. Melainkan hal tersebut harus dipandang sebagai anugerah dan kekuatan bagi bangsa Indonesia.

     

                Pendidikan yang diajarkan berdasarkan pada penanaman nilai-nilai kerukunan sebagai dasar utama dalam membentuk kurikulum pendidikan berkualitas, sangat dibutuhkan generasi penerus bangsa. Menanamkan kebiasaan dan perilaku positif sebagai landasan dalam menjalankan kehidupan sosial di dalam masyarakat juga harus menjadi salah satu agenda utama pendidikan karakter hari ini. Dengan harapan, generasi muda di masa yang akan datang menjadi lebih mudah mengaplikasikan nilai-nilai kerukunan berdampingan dengan pelestarian budaya daerah sebagai ciri khas Indonesia.

     

                “Secara etimologi kata rukun pada mulanya berasal dari serapan bahasa arab, yakni ruknun yang berarti tiang, dasar, atau sila.”

     

                Dinamika hari ini  yang semakin kompleks, mendorong penulis untuk berpesan kepada generasi bangsa agar terus berjuang menjaga kerukunan dan melestarikan kebudayaan. Menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan karakter dan jati diri bangsa, pengamalan UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar negara juga penting untuk dipraktekkan oleh seluruh komponen bangsa.

     

                Sebagai hadiah dari penulis, berikut adalah  puisi yang berjudul: “Beribu Akar Satu Pohon”

     

    BERIBU AKAR SATU POHON

    Karya : Sayyid Muhammad Habil Hadid Al-Ba’Bud

     

    Indonesia kaya akan suku dan budaya

    Beragam bahasa, ras, dan agama

    Bak Bhineka Tunggal Ika semboyan kerukunan bangsa

    Indonesia pun merdeka atas sikap toleransi antar sesama

     

    Namun, tiba kita pada fase kehidupan egoistis

    Mendobrak segala untuk mencapai tahta dan popularitas

    Menggambarkan runtuhnya kerukunan bangsa secara realistis

    Hanyutnya jiwa dan mental oleh ombak nan sangat deras

     

    Terbelenggu ia dalam rumah berpagar duri

    Bagai penjajah dalam negeri sendiri

    Tak mengenal arti kehidupan berbangsa dan bernegara

    Melupakan perjuangan para pahlawan berperang demi negeri merdeka

     

    Wahai engkau yang merindukan perdamaian

    Wahai engkau yang menjunjung tinggi semangat persatuan

    Jadilah ribuan akar dalam satu pohon

    Mampu berdiri kokoh serta bertenaga seperti beton

     

                Dengan rasa percaya diri dan keyakinan yang tinggi, puisi ini diharapkan dapat menjadi perwujudan dari upaya generasi muda untuk menjaga kerukunan serta persatuan dengan karya.


Kategori

  • Berita(1)
  • Opini(27)
  • Artikel(3)
  • Hoax(1)
  • Event(0)

Dapatkan Informasi Terbaru

Subscribe dengan menggunakan emailmu agar di kemudian hari kami bisa menginformasikan sesuatu kepadamu dengan mudah!

Berita Lainnya

    • Suci
    • 18, Feb 2021

    Efek Negatif Jejaring Sosial Bagi Remaja

    • Suci
    • 18, Feb 2021

    Open Recruitment Volunteer Duta Damai Kabupaten Berau

    • Peserta Duta D...
    • 11, Feb 2021

    Pemuda Sebagai Pundak Amanat Persatuan Indonesia

    • Peserta Duta D...
    • 11, Feb 2021

    Beratapkan NKRI

    • Peserta Duta D...
    • 11, Feb 2021

    Peran Pemuda Dalam Menjaga Bingkai Persatuan Indonesia

© 2020 Duta Damai Kalimantan Timur.

  • Home
  • FAQ
  • Support